Kiat Sukses Soichiro Honda ~ Pendiri Honda.

=[Inilah Kisah Perjalanan
Hidup Pendiri Honda]=-

image

Dia adalah Soichiro Honda, pria jepang kelahiran 17 november 1906.
Coba Amati kendaraan yang melintasi
jalan raya. Pasti, mata Anda
selalu terbentur pada
kendaraan bermerek Honda, baik
berupa mobil maupun motor.
Merek kendaran ini memang
selalu menyesaki padatnya lalu
lintas. Karena itu barangkali
memang layak disebut sebagai
raja jalanan. Namun, pernahkah
Anda tahu, sang pendiri
kerajaan bisnis Honda.Adalah
Soichiro Honda,yg selalu
diliputi kegagalan saat
menjalani kehidupannya sejak
kecil hingga berbuah lahirnya
imperium bisnis mendunia itu.
Dia bahkan tidak pernah bisa
menyandang gelar insinyur. Ia
bukan siswa yang memiliki otak
cemerlang. Di kelas, duduknya
tidak pernah di depan, selalu
menjauh dari pandangan guru.
Saat merintis bisnisnya,
Soichiro Honda selalu diliputi
kegagalan. Ia sempat jatuh
sakit, kehabisan uang,
dikeluarkan dari kuliah.
Namun, ia terus bermimpi dan
bermimpi. Dan, impian itu
akhirnya terjelma dengan bekal
ketekunan dan kerja keras.
”Nilaiku jelek di sekolah.
Tapi saya tidak bersedih,
karena dunia saya di sekitar
mesin, motor dan sepeda,”
tutur Soichiro, yang meninggal
pada usia 84 tahun, setelah
dirawat di RS Juntendo, Tokyo,
akibat mengidap liver.
Kecintaannya kepada mesin,
jelas diwarisi dari ayahnya
yang membuka bengkel reparasi
pertanian, di dusun Kamyo,
distrik Shizuko, Jepang
Tengah. Di kawasan inilah dia
lahir. Kala sering bermain di
bengkel, ayahnya selalu
memberi catut (kakak tua)
untuk mencabut paku. Ia juga
sering bermain di tempat
penggilingan padi melihat
mesin diesel yang menjadi
motor penggeraknya. Di situ,
lelaki kelahiran 17 November
1906 ini dapat berdiam diri
berjam-jam. Tak seperti kawan
sebayanya kala itu yang lebih
banyak menghabiskan waktu
bermain penuh suka cita. Dia
memang menunjukan keunikan
sejak awal. Seperti misalnya
kegiatan nekad yang dipilihnya
pada usia 8 tahun, dengan
bersepeda sejauh 10 mil. Itu
dilakukan hanya karena ingin
menyaksikan pesawat terbang.
Bersepada memang menjadi salah
satu hobinya kala kanak-kanak.
Dan buahnya, ketika 12 tahun,
Soichiro Honda berhasil
menciptakan sebuah sepeda
pancal dengan model rem kaki.
Sampai saat itu, di benaknya
belum muncul impian menjadi
usahawan otomotif. Karena dia
sadar berasal dari keluarga
miskin. Apalagi fisiknya
lemah, tidak tampan, sehingga
membuatnya selalu rendah diri.
Di usia 15 tahun, Honda hijrah
ke kota, untuk bekerja di Hart
Shokai Company. Bossnya, Saka
Kibara, sangat senang melihat
cara kerjanya. Honda teliti
dan cekatan dalam soal mesin.
Setiap suara yang
mencurigakan, setiap oli yang
bocor, tidak luput dari
perhatiannya. Enam tahun
bekerja di situ, menambah
wawasannya tentang permesinan.
Akhirnya, pada usia 21 tahun,
Saka Kibara mengusulkan
membuka suatu kantor cabang di
Hamamatsu. Tawaran ini tidak
ditampiknya.
Di Hamamatsu prestasi kerjanya
kian membaik. Ia selalu
menerima reparasi yang ditolak
oleh bengkel lain. Kerjanya
pun cepat memperbaiki mobil
pelanggan sehingga berjalan
kembali. Karena itu, jam
kerjanya tak jarang hingga
larut malam, dan terkadang
sampai subuh. Yang menarik,
walau terus kerja lembur otak
jeniusnya tetap
kreatif.Kejeniusannya
membuahkan fenomena. Pada
zaman itu, jari-jari mobil
terbuat dari kayu, hingga
tidak baik untuk kepentingan
meredam goncangan. Menyadari
ini, Soichiro punya gagasan
untuk menggantikan ruji-ruji
itu dengan logam. Hasilnya
luar biasa. Ruji-ruji
logamnya laku keras, dan
diekspor ke seluruh dunia.
Pada usia 30 tahun, Honda
menandatangani patennya yang
pertama. Setelah menciptakan
ruji. Lalu Honda pun ingin
melepaskan diri dari bosnya,
membuat usaha bengkel sendiri.
Mulai saat itu dia berpikir,
spesialis apa yang dipilih ?
Otaknya tertuju kepada
pembuatan ring piston, yang
dihasilkan oleh bengkelnya
sendiri pada 1938. Lalu,
ditawarkannya karya itu ke
sejumlah pabrikan otomotif.
Sayang, karyanya itu ditolak
oleh Toyota, karena dianggap
tidak memenuhi standar. Ring
Piston buatannya tidak lentur,
dan tidak laku dijual. Ia ingat
reaksi teman-temannya
terhadap kegagalan itu dan
menyesalkan dirinya keluar
dari bengkel milik Saka
Kibara. Akibat kegagalan itu,
Honda jatuh sakit cukup
serius. Dua bulan kemudian,
kesehatannya pulih kembali. Ia
kembali memimpin bengkelnya.
Tapi, soal ring pinston itu,
belum juga ada solusinya. Demi
mencari
jawaban, ia kuliah lagi untuk
menambah pengetahuannya
tentang mesin.
Siang hari, setelah pulang
kuliah, dia langsung ke
bengkel mempraktekkan
pengetahuan yang baru
diperoleh. Tetapi, setelah dua
tahun menjadi mahasiswa, ia
akhirnya dikeluarkan karena
jarang mengikuti kuliah.
”Saya merasa sekarat, karena
ketika lapar tidak diberi
makan, melainkan dijejali
penjelasan bertele-tele
tentang hukum makanan dan
pengaruhnya,” ujar Honda,
yang diusia mudanya gandrung
balap mobil. Kepada rektornya,
ia jelaskan kuliahnya bukan
mencari ijazah. Melainkan
pengetahuan. Penjelasan ini
justru dianggap penghinaan.
Tapi dikeluarkan dari
perguruan tinggi bukan akhir
segalanya. Berkat kerja
kerasnya, desain ring pinston-
nya diterima
pihak Toyota yang langsung
memberikan kontrak. Ini
membawa Honda
berniat mendirikan pabrik.
Impiannya untuk mendirikan
pabrik mesinpun
serasa kian dekat di pelupuk
mata.
Tetapi malangnya, niatan itu
kandas. Jepang, karena siap
perang, tidak memberikan dana
kepada masyarakat. Bukan Honda
kalau menghadapi kegagalan
lalu menyerah pasrah. Dia lalu
nekad mengumpulkan modal dari
sekelompok orang untuk
mendirikan pabrik. Namun lagi-
lagi musibah datang. Setelah
perang meletus, pabriknya
terbakar, bahkan hingga dua
kali kejadian itu menimpanya.
Honda tidak pernah patah
semangat. Dia bergegas
mengumpulkan karyawannya.
Mereka diperintahkan mengambil
sisa kaleng bensol yang
dibuang oleh kapal Amerika
Serikat, untuk digunakan
sebagai bahan mendirikan
pabrik. Penderitaan sepertinya
belum akan selesai. Tanpa
diduga, gempa bumi meletus
menghancurkan pabriknya,
sehingga diputuskan menjual
pabrik ring pinstonnya ke
Toyota. Setelah itu, Honda
mencoba beberapa usaha lain.
Sayang semuanya gagal.
Akhirnya, tahun 1947, setelah
perang, Jepang kekurangan
bensin. Di sini kondisi
ekonomi Jepang porak poranda.
Sampai-sampai Honda tidak
dapat menjual mobilnya akibat
krisis moneter itu. Padahal
dia ingin menjual mobil itu
untuk membeli makanan bagi
keluarganya. Dalam keadaan
terdesak, ia lalu kembali
bermain-main dengan sepeda
pancalnya. Karena memang
nafasnya selalu berbau
rekayasa mesin, dia pun
memasang motor kecil pada
sepeda itu. Siapa sangka,
sepeda motor– cikal bakal
lahirnya mobil Honda — itu
diminati oleh para tetangga.
Jadilah dia memproduksi sepeda
bermotor itu. Para
tetangga dan kerabatnya
berbondong-bondong memesan,
sehingga Honda
kehabisan stok. Lalu Honda
kembali mendirikan pabrik
motor.
Sejak itu, kesuksesan
tak pernah lepas dari
tangannya. Motor Honda berikut
mobilnya, menjadi raja jalanan
dunia, termasuk Indonesia.

image

Semasa hidup Honda selalu
menyatakan, jangan dulu
melihat keberhasilanya dalam
menggeluti industri otomotif.
Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. ”ORANG
MELIHAT KESUKSESAN SAYA HANYA
SATU PERSEN. TAPI, MEREKA
TIDAK MELIHAT 99 PERSEN
KEGAGALAN SAYA,” tuturnya. Ia memberikan petuah, ”KETIKA
ANDA MENGALAMI KEGAGALAN, MAKA
SEGERALAH MULAI KEMBALI
BERMIMPI. DAN MIMPIKANLAH
MIMPI BARU.” Jelas kisah
Honda ini merupakan contoh,
bahwa sukses itu bisa diraih
seseorang dengan modal
seadanya, tidak pintar di
sekolah, dan hanya berasal
dari keluarga miskin…

image

Semua Kesuksesan Berawal dari Sebuah Mimpi…dan Untuk Mewujudkan Mimpi, adalah Bangun Dari Tidur

Posted by : http://masshar2000@facebook.com

16 tanggapan untuk “Kiat Sukses Soichiro Honda ~ Pendiri Honda.”

  1. Pernah kerja di Astra Honda Motor, sragamnya mirip ama yang di pake Mr.Honda, nyesel deh keluar dari situ.

    Suka

Ngobrol disini !